Profil Desa Candirejo
Ketahui informasi secara rinci Desa Candirejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Candirejo di Borobudur, Magelang, merupakan pelopor desa wisata berbasis komunitas di Indonesia. Terkenal dengan tur andong yang otentik, desa ini menawarkan pengalaman mendalam akan kehidupan pedesaan Jawa, dari kerajinan lokal hingga tradisi budaya
-
Pelopor Desa Wisata Berbasis Komunitas
Sejak awal tahun 2000-an, Candirejo telah menjadi model dan percontohan bagi pengembangan pariwisata yang dikelola langsung oleh masyarakat melalui koperasi, memastikan manfaat ekonomi tersebar luas.
-
Tur Andong sebagai Atraksi Ikonik
Pengalaman menjelajahi desa menggunakan andong (delman) merupakan daya tarik utama, membawa wisatawan berinteraksi langsung dengan perajin, petani, dan merasakan denyut nadi kehidupan lokal.
-
Kekayaan Budaya dan Agraris yang Terjaga
Desa ini berhasil mempertahankan keaslian lanskap pertanian, industri rumahan (kerajinan pandan, gula jawa), serta kesenian tradisional sebagai fondasi utama dari produk pariwisatanya.
Di hamparan subur sebelah timur Candi Borobudur, terdapat sebuah desa yang telah lama menjadi rujukan dan tolok ukur pariwisata berbasis masyarakat di Indonesia. Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, bukanlah destinasi yang baru muncul; ia adalah seorang pelopor yang membuktikan bahwa pariwisata yang paling otentik lahir dari denyut nadi kehidupan warganya sendiri. Dikenal luas melalui tur andong ikoniknya yang membelah pedesaan, Candirejo menawarkan sebuah pengalaman, bukan sekadar pemandangan, menjadikannya sebuah laboratorium hidup dari pariwisata yang berkelanjutan dan menyejahterakan.
Geografi, Wilayah dan Demografi
Nama "Candirejo" berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu Candi (bangunan suci/pura) dan Rejo (makmur, ramai). Penamaan ini mengisyaratkan bahwa sejak masa lampau, wilayah ini merupakan pemukiman yang makmur dan kemungkinan besar memiliki kaitan erat dengan peradaban yang membangun Candi Borobudur. Hal ini diperkuat dengan penemuan beberapa situs purbakala di wilayah desa.Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, luas wilayah Desa Candirejo ialah 3,70 kilometer persegi. Wilayahnya yang subur dialiri oleh beberapa sungai kecil, menjadikannya sangat ideal untuk pertanian. Secara administratif, desa ini terbagi menjadi delapan dusun, yaitu Dusun Sangen, Candirejo, Dentan, Gendingan, Brangkal, Maitan, Sempu, dan Ngaglik. Batas-batas wilayahnya meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Desa Sambeng dan Desa Borobudur, sebelah timur berbatasan dengan Sungai Progo, sebelah selatan dengan Desa Bigaran, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Ngargogondo.Data kependudukan BPS pada tahun 2022 mencatat jumlah penduduk Desa Candirejo sebanyak 4.456 jiwa, yang terdiri dari 2.228 penduduk laki-laki dan 2.228 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah tersebut, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.204 jiwa per kilometer persegi, mencerminkan sebuah komunitas pedesaan yang padat dan dinamis.
Sejarah Panjang: Dari Situs Kuno hingga Pelopor Desa Wisata
Jauh sebelum dikenal sebagai desa wisata, Candirejo telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah. Statusnya sebagai desa yang kaya akan situs peninggalan purbakala menunjukkan perannya sebagai bagian dari kawasan penyangga peradaban Mataram Kuno. Namun babak baru sejarah Candirejo dimulai pada akhir dekade 1990-an dan diresmikan pada tahun 2003.Kala itu, melalui sebuah program kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), masyarakat Candirejo didampingi untuk mengembangkan sebuah model pariwisata alternatif yang tidak hanya menjual kedekatan dengan Candi Borobudur, tetapi justru mengangkat potensi internal desa itu sendiri. Konsepnya sederhana namun revolusioner: menjadikan seluruh aspek kehidupan masyarakat—mulai dari pertanian, kerajinan, kuliner, hingga adat istiadat—sebagai atraksi utama. Model ini berhasil dan menjadikan Candirejo sebagai salah satu desa wisata rintisan paling sukses di Indonesia, yang kemudian banyak direplikasi di daerah lain.
Koperasi dan Pemerintahan: Motor Penggerak Desa Wisata
Kunci keberhasilan dan keberlanjutan pariwisata di Candirejo terletak pada sistem tata kelolanya. Sejak awal, seluruh kegiatan pariwisata diorganisir dan dikelola oleh sebuah lembaga milik masyarakat, yaitu Koperasi Desa Wisata Candirejo. Koperasi inilah yang mengatur paket-paket wisata, distribusi tamu ke homestay-homestay milik warga, serta memastikan bahwa pendapatan dari pariwisata terdistribusi secara adil. Model ini mencegah terjadinya monopoli dan memastikan bahwa manfaat ekonomi dirasakan oleh sebanyak mungkin anggota masyarakat.Pemerintah Desa Candirejo, yang saat ini dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Singgih Mulyanto, berperan sebagai fasilitator dan regulator. Pemerintah desa mendukung penuh operasional koperasi dan bekerja sama dalam menjaga infrastruktur serta kelestarian lingkungan dan budaya yang menjadi aset utama pariwisata.
Atraksi Ikonik: Menjelajahi Desa dengan Andong
Pengalaman paling otentik dan paling diminati di Candirejo adalah berkeliling desa menggunakan andong atau dokar. Tur ini bukanlah sekadar transportasi, melainkan sebuah narasi berjalan. Selama perjalanan, kusir andong yang juga berperan sebagai pemandu lokal akan bercerita tentang sejarah desa dan kehidupan sehari-hari warganya.Tur ini akan membawa wisatawan berhenti di beberapa titik penting. Pengunjung akan diajak singgah di rumah-rumah perajin kerajinan pandan, melihat langsung proses pembuatan tikar, tas, dan aneka suvenir dari daun pandan. Di sudut desa yang lain, wisatawan dapat menyaksikan proses pembuatan gula jawa (gula kelapa) secara tradisional, mulai dari menyadap nira hingga memasaknya di atas tungku. Selain itu, tur ini juga sering kali mencakup kunjungan ke area persawahan untuk belajar tentang sistem irigasi tradisional, atau ke Watu Kendil, sebuah formasi batu unik yang memiliki nilai geologis dan mitologis.
Potensi Ekonomi dan Budaya yang Terjaga
Pariwisata telah menjadi mesin ekonomi yang signifikan, namun tidak sampai mencabut akar agraris masyarakat Candirejo. Pertanian tetap menjadi jiwa desa. Aktivitas bertani yang otentik justru menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan kota yang rindu akan suasana pedesaan. Simbiosis ini menciptakan model ekonomi yang tangguh. Saat ini, puluhan rumah warga telah bertransformasi menjadi homestay yang bersih dan nyaman, memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk tinggal dan merasakan langsung kehidupan keluarga Jawa.Untuk melengkapi fasilitas, di Candirejo juga telah dibangun Balkondes (Balai Ekonomi Desa) yang megah, yang menyediakan akomodasi dan ruang pertemuan berstandar lebih tinggi. Di sisi budaya, masyarakat Candirejo aktif melestarikan berbagai kesenian tradisional seperti tarian Jathilan dan musik gamelan, yang sering kali ditampilkan untuk menyambut tamu atau dalam upacara-upacara adat desa.
Penutup: Keabadian dalam Kesederhanaan
Desa Candirejo adalah sebuah antitesis dari pariwisata massal yang serba cepat dan artifisial. Desa ini menawarkan keabadian yang ditemukan dalam kesederhanaan: derap kuda andong di jalanan desa, senyum tulus seorang perajin pandan, aroma manis gula kelapa yang sedang dimasak, dan hijaunya sawah yang menenangkan. Lebih dari dua dekade setelah dirintis, Candirejo tetap relevan dan terus menjadi bukti bahwa pariwisata yang paling berkesan adalah pariwisata yang berakar pada kekuatan komunitas dan keaslian budayanya.
